Sunday 31 January 2016

LEPTOSPIROSIS


LEPTOSPIROSIS

oleh dr. Anna Suraya

 

Definisi

leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang hewan dan manusia disebabkan oleh kuman leptospira, suatu jenis bakteri golongan Spirochaeta.

Sumber Penularan

Leptospira biasanya hidup dalam ginjal hewan perantara, sehingga saat berkemih ia mengeluarkan bakteri leptospira dalam urinnyanya. Hewan yang menjadi perantara antara lain tikus, anjing, domba, burung, tupai, kuda dan landak. Tetapi  yang tersering menularkan pada manusia adalah tikus dan anjing. Bakteri leptospira dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan, tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.

Penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.

Cara Penularan

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh urin  hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir mata, mulut dan hidung, kulit yang lecet  atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan.

 

Biasanya leptospirosis merupakan penyakit karena pekerjaan pada petani, pekerja di tempat pemotongan hewan dan pekerja selokan (comberan), tetapi kondisi banjir yang melanda akhir-akhir ini memungkinkan sering terjadi kontak antara manusia dengan air yang tercemar. Bahkan penyakit ini menjadi populer saat banjir melanda Jakarta beberapa tahun lalu.

 

Gejala

Secara umum leptospirosis dibedakan menjadi dua tipe yaitu anicteric leptospirosis dan icteric leptospirosis atau sindrom Weil.Gejala-gejala biasanya timbul dalam waktu 2-20 hari setelah terinfeksi bakteri.

 

Anicteric  Leptospirosis

Adalah leptospirosis yang sering terjadi,  yang merupakan bentuk leptospirosis yang ringan tanpa disertai tanda ikterus (kekuningan pada mata dan kulit).  Gejala awalnya adalah panas mendadak antara 39°C-40°C, menggigil, nyeri perut,mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri kepala hebat dan nyeri otot terutama otot betis serta mata kemerahan. Gejala-gejala tersebut disebabkan menyebarnya kuman di dalam darah dan cairan tubuh yang berlangsung selama 4 – 9 hari.

 

Setelah itu kuman menghilang dari peredaran darah dan masuk ke dalam ginjal disertai dengan terbentuknya antibodi spesifik. Pada saat ini panas turun selama beberapa hari, tetapi akan muncul lagi bersama gejala lainnya. Biasanya terjadi peradangan selaput otak yang menyebabkan kaku kuduk, sakit kepala dan penurunan kesadaran. Terdapat juga ruam pada kulit, peradangan pada mata dan kemungkinan pembesaran kelenjar. Keadaan ini berlangsung selama 4 – 30 hari dan biasanya penyakit akan sembuh dengan sendirinya.

 

Icteric leptospirosis / Sindroma Weil

Merupakan bentuk  berat dari leptospirosis yang ditandai ikterus atau kekuningan pada mata dan kulit.   Keadaan ini ditandai dengan panas yang terus menerus, tidak ada periode turun panas dan muncul manifestasi kerusakan berbagai organ lainnya. Gejala yang muncul sesuai dengan organ yang terkena.

 Pada hati : kekuningan pada mata dan kulit yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6.

 Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

 Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.

 Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.

Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).

 Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

 

Pengobatan

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline). Apabila terjadi komplikasi diperlukan penanganan pendukung di rumah sakit, seperti cuci darah untuk penanganan gagal ginjal dan pemberian terapi suportif lainnya.

Pencegahan

Intervensi sumber infeksi

1.      Membasmi tikus yang berada disekitar rumah atau gedung

2.      Selalu memeriksakan kesehatan hewan peliharaan, terutama anjing

3.      Membangun bangunan dengan rancangan yang tidak memungkinkan bersarangnya tikus.

4.      Selalu membungkus dalam kantong tertutup sisa makanan yang dibuang ke tempat sampah, sehingga tidak mengundang datangnya tikus

 

Intervensi Media Perantara

  1. Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus

2.      Melatih binatang peliharaan untuk buang air pada tempat tertentu

3.      Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang

4.      menyimpan dan melindungi makanan dari kontaminasi tikus.

Intervensi Pada Manusia                         

  1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
  2. Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
  3. Menggunakan sepatu bot dan sarung tangan saat membersihkan selokan, lingkungan yang basah dan kotor serta saat berkebun dan saat membersihkan binatang peliharaan
  4. Segera mencuci luka dengan sabun, kemudian memberi betadin dan membungkusnya dengan perban kedap air. 
  5. tetap menjaga kebugaran tubuh dengan mengkonsumsi cukup makanan bergizi, berolahraga teratur dan jangan lupa istirahat.

Prognosis

Ditentukan oleh berbagai faktor seperti virulensi kuman leptospira, kondisi fisik pasien, umur pasien, adanya ikterik, adanya gagal ginjal akut, gangguan fungsi hati berat serta cepat lambatnya penanganan oleh tim medik.

KANKER PARU AKIBAT KERJA


KANKER PARU AKIBAT KERJA DAN MANAJEMEN RISIKO

Anna Suraya

 

PENDAHULUAN

 

Pekerja merupakan unsur penting dalam berjalannya aktivitas perekonomian dan industri sebuah negara. Namun ironisnya kelompok ini masih dibayang-banyangi adanya risiko terhadap paparan bahan karsinogenik penyebab kanker di tempat mereka bekerja. Baru-baru ini WHO merilis data yang menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 200.000 orang meninggal akibat kanker yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia tersebut.

Risiko terkena kanker seperti kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker maligna dari bagian dalam rongga dada) akibat menghirup serat asbestos dan asap tembakau, atau leukimia akibat terpapar dengan benzena di tempat kerja kini masih membayangi para pekerja. Kanker paru, mesothelioma dan kanker pada lambung merupakan jenis kanker terkait lingkungan kerja yang paling sering terjadi.

 

Kanker paru akibat kerja merupakan salah satu penyakit paru akibat kerja yang masih belum tercatat laporan kejadiaannya dengan baik di negara kita. Walaupun sejauh ini karsinogen pada lingkungan yang paling dikenal  adalah asap tembakau, banyak bahan di tempat kerja yang telah terbukti menyebabkan kanker khususnya kanker paru. Agen lain seperti asbes, senyawa nikel tertentu, polisiklik hidrokarbon aromatic seperti benzipiren, arsen trioksida dan krom juga telah terbukti dapat menyebabkan kanker paru[i].

 

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.[ii] Kanker Paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran (metastasis) tumor dari organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau bronkus. [iii]


Seperti kebanyakan kanker dan penyakit lain pada umumya, pencegahan merupakan tindakan paling utama mengingat sulitnya pengobatan dan akhir yang kurang memuaskan. Identifikasi terhadap bahan penyebab kanker menjadi sangat penting karena hampir seluruh kanker akibat kerja dapat dicegah dengan program pencegahan yang ketat dan praktik personal yang benar saat bekerja.1

Menjadi tanggung jawab semua pihak untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap potensi bahaya dari pajanan di tempat dan lingkungan kerja. Tugas dokter perusahaan adalah memberikan dukungan dan pendampingan bagi manajemen perusahaan dalam program pencegahan terjadinya kanker paru akibat kerja.

 

SEJARAH DAN EPIDEMIOLOGI

 

Laporan pertama tentang kanker paru disampaikan oleh Agricola di tahun 1527 dan Van Swieten pada tahun 1747. Sekarang ini kanker paru berkembang menjadi satu jenis penyakit penting dan penyebab kematian utama. Di tahun 1950 di Amerika Serikat dilaporkan ada 18.313 penderita yang meninggal karena kanker paru. Di tahun 1970 angka ini telah naik menjadi 70.000 orang dan di tahun 1980 jumlahnya melonjak menjadi lebih dari 100.000 orang, kira-kira sama dengan jumlah orang yang meninggal akibat kecelakaan di negara itu. Salah satu laporan WHO menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kanker yang paling sering ditemui pada kaum pria. Jika jumlah penderita kanker pria dan wanita digabung menjadi satu maka kanker paru merupakan kanker tersering yang ke dua[iv].

Di Indonesia diperkirakan minimal ada 1 penderita baru kanker di antara 1000 penduduk, artinya lebih dani 170.000 penderita baru per tahunnya. Angka resmi tentang jumlah penderita kanker paru di Indonesia dan angka kematiannya belum dipunyai, tetapi laporan dari berbagai rumah sakit terus mengalir dan menunjukkan jumlah penderita kanker paru yang cukup tinggi dan makin lama tampaknya akan terus meningkat4.

Kontroversi bahwa  pajanan di tempat kerja sebagai menjadi penyebab kanker paru dimulai sekitar  tahun 1970. Sebuah laporan penelitian mengejutkan melaporkan tentang tingginya kejadian kanker paru yang disebabkan oleh asbes dari 61.000 menjadi 98.000 kasus pertahun. Penelitian dari Doll dan Peto menyebutkan bahwa 15% penderita kanker laki-laki dan 5% wanita diperkirakan disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Vineis dan Simonato menyebutkan bahwa 4-40% kanker paru dihubungkan dengan pajanan di tempat kerja. Dan berdasarkan kecenderungan terbaru menunjukkan bahwa pajanan di tempat kerja penjadi penyebab penting terhadap terjadinya kanker paru.[v]Di Indonesia sendiri bila merujuk pada klaim jamsostek sampai saat ini belum ada pergantian  akibat kanker paru akibat kerja.

 

PAJANAN PENYEBAB KANKER

 

EPA (1986) memberikan klasifikasi bahan penyebab kanker sebagai berikut[vi]

Kelompok A : karsinogen terhadap manusia : bukti cukup pada manusia

Kelompok B : sangat mungkin karsinogen pada manusia : bukti terbatas pada manusia (B1), atau tak ada bukti pada manusia tetapi cukup bukti pada hewan (B)

Kelompok C : kemungkinan karsinogen bagi manusia : bukti terbatas pada hewan dan tidak ada data pada manusia

Kelompok D : tidak dapat digolongkan sebagai karsinogen bagi manusia : tidak cukup data atau tida ada data.

Kelompok E : terbukti bukan karsinogen bagi manusia : bukti negative pada sekurang-kurangnya dua spesies.

 

Table 1. Agen penyebab  kanker (Golongan A)1

PAJANAN PENYEBAB KANKER
 ORGAN
4-Aminobiphenyl
Buli-buli
Arsen dan  senyawa arsen
Paru, kulit, hati?, angiosarkoma
Asbes
Pleura dan peritoneum (mesothelioma), paru, laring?, saluran cerna, ginjal
Benzene
Leukemia, multiple myeloma, paru
Benzidine
Buli-buli
Berilium
Paru
Bis(chloromethyl)ether
Paru (terutama sel oat)
Kadmium dan senyawa cadmium
Paru
Senyawa krom, heksavalen
Paru
Coal tar pitches
Kulit, skrotum, paru, buli-buli
Coal tars
Kulit, skrotum, paru, buli-buli?
Ethylen oxide
Leukemia
Radiasi ion
Leukemia, kulit, lain-lain
Mineral oils, untreated and mildly treated
Kulit, skrotum, Lung?
Gas mustard
Paru
Î’-Naphthalamine
Buli-buli
Nikel dan senyawa nikel
Paru, sinus nasi
Radium
Tulang (sarcoma)
Radon
Paru
Shale oil
Kulit, skrotum
Radiasi matahari
Kulit
Soots, tars, oil
Kulit, paru, buli-buli
Asam kuat anorganik mengandung asam sulfur
Paru
Talk mengandung fiber dari asber
Paru, mesothelioma?
Vinil chloride
Hati (angiosarkoma), otak?, paru

 

 

Table 2. Agen penyebab kanker paru dan industry terkait

 

PAJANAN PENYEBAB KANKER PARU
INDUSTRI
Polycyclic aromatic hidrokarbon
Industry  aluminium
Pekerja pemasak dengan oven
Pemasang atap
Pekerja karet
Arsen dan  senyawa arsen
Produksi dan penggunaan insektisida
Peleburan tembaga, timbal dan seng, pengolahan sampah
Asbes
penambang asbes
insulasi dan filter materi produksi
pekerja galangan kapal
manufaktur tekstil
 
Benzene
Manufaktur produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna
Berilium
Produksi tembaga, elektronik, kendaraan, proyektil
Bis(chloromethyl)ether
Pekerja produksi bahan kimia, percetakan
 
Kadmium dan senyawa cadmium
Plating logam, baterai, plastic, pengecoran seng, timah, tembaga
Senyawa krom, heksavalen
Produksi krom, pigmen untuk  cat, pembuatan wool, penyamakan kulit
 
Aspal cair
Produksi aspal, pembuat jalan
Mineral oils, untreated and mildly treated
Industry otomotif, pesawat terbang, baja, percetakan
 
Gas mustard
Industry
Nikel dan senyawa nikel
Penambang nikel, pemurnian nikel, penyulingan minyak, incenerator
Radon
Pajanan domestic
Penambang uranium
 
jelaga, tars, oil
Industry logam, farmasi dan kosmetik,
Asam kuat anorganik mengandung asam sulfur
Industry besi dan baja
Vinil chloride
Industry plastic, insulasi listrik

 

Diagnosis Kanker Paru[vii]

Kanker paru yang masih dini tidak memberikan gejala yang khas sehingga kebanyakan kasus ditemukan pada stadium lanjut. Kanker paru staging awal (dini) sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin (check-up kesehatan).

Tanda dan gejala


Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah mencapai tahap lanjut.

  • Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
  • Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua minggu
  • Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri akibat batuk yang terus menerus
  • Perubahan warna pada dahak
  • Meningkatnya jumlah dahak
  • Dahak berdarah
  • Bunyi wheezing saat bernafas pada bukan penderita asma
  • Radang yang kambuh
  • Sulit bernafas
  • Nafas pendek
  • Serak
  • Suara kasar saat bernafas

gejala yang mugkin muncul disebabkan penyebaran kanker ke organ lain antara lain : Kelelahan kronis

  • Kehilangan nafsu makan
  • Sakit kepala, nyeri tulang
  • Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
  • Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan ingatan sebagian)
  • Bengkak pada leher dan wajah
  • Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

Pemeriksaan fisik

Kanker paru stadium awal biasanya belum menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fisik paru. Pada kasus dengan staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan tergantung pada gangguan yang ditimbulkan oleh tumor primer atau penyebarannya. Kelainan yang didapat tergantung letak dan besar tumor sehingga menimbulkan gangguan. Kanker paru juga dapat menyebabkan efusi pleura  atau petekanan pada vena cava dll. Kelainan yang dapat ditemukan berkaitan penyebaran kanker, misalnya pembesaran kelenjar getah bening leher dan aksila . Tidak jarang juga pasien datang dengan kelumpuhan akibat metastasis di otak atau tulang belakang .


Pemeriksaan penunjang
Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen.

Ditemukannya jenis sel (histologis) kanker adalah syarat utama untuk mengatakan seseorang menderita kanker dan selanjutnya dapat ditentukannya staging (tingkatan) penyakitnya secepat mungkin untuk menentukan pengobatan terbaik.

Pengobatan kanker paru

  1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena kanker.

  • Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker.
  • Kemoterapi
  • Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita.

DIAGNOSIS KANKER PARU AKIBAT KERJA

Berdasarkan (Kepmenaker no. 333/1989) Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan saat pemeriksaan kesehatan pekerja, pemeriksaan berkala maupun pemeriksaan khusus.

Penyakit yang muncul dikalangan pekerja haruslah diupayakan untuk diketahui kaitannya dengan pekerjaan dan pajanan di tempat kerja karena penegakkan diagnosis penyakit akibat kerja berkontribusi terhadap [viii]:

1. Pengendalian pajanan
2. Identifikasi pajanan baru secara dini
3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera
4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit
5. Perlindungan pekerja lain
6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja
7. Identifikasi ada hubungan baru pajanan vs penyakit

Terdapat beberapa tahapan dalam menegakkan penyakit akibat kerja. Dalam kaitan dengan kanker paru akibat kerja maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah

1.      Secara klinis, harus ditegakkan  diagnosis kanker paru oleh ahli yang berkompeten dan sesuai dengan prosedur yang telah ada.

2.      Mendapatkan informasi tentang pajanan yang dialami saat bekerja. Misalnya seorang pekerja di tambang asbes, maka ditentukan bahwa pajanan yang dialami oleh pekerja adalah asbes. Berapa lama terpajan dalam sehari dan lama bekerja serta pekerjaan terdahulu bila ada.

3.      Secara teoritis dan dari pengalaman telah ditetapkan bahwa pajanan tersebut memang terbukti dapat menyebabkan kanker paru. Dalam hal kaitan sebagai penyebab kanker paru maka asbes telah terbukti dapat menyebabkan kanker paru

4.      Dilakukan pengukuran lingkungan apakah jumlah asbes tersebut cukup berpengaruh dalam menyebabkan kanker paru. Berapa lama pekerja terpajan dan adakah pengendalian atau alat pelindung diri

5.      Dilakukan pula penggalian data  mengenai faktor individu yang terkait seperti misalnya riwayat penyakit di keluarga, hygiene pribadi.

6.      Untuk menyingkirkan pengaruh faktor lain diluar pekerjaan maka harus pula diketahui kemungkinan-kemungkinan penyebab lain diluar pekerjaan seperti kebiasaan merokok, pajanan di rumah, hobi

7.      Bila semua data telah didapat dan memang saling terkait maka dapat ditegakkan diagnosis okupasi adalah kanker paru akibat kerja.


MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN[ix]      

Dalam rangka melakukan pencegahan terhadap terjadinya kanker paru akibat kerja maka diperlukan manajemen risiko yang secara khusus bertujuan melindungi pekerja dari pajanan yang dapat menyebabkan risiko kanker paru. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan manajemen risiko kanker paru akibat kerja

Identifikasi pajanan di tempat kerja

Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan khususnya bahaya kanker paru. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping produksi serta limbah yang terbentuk. Pada kasus yang terkait dengan bahan kimia maka diperlukan adanya material safety data sheet (MSDS). Untuk setiap jenis bahan kimia yang digunakan, dilakukan pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, bahan inert yang menyertai serta efek toksiknya.

Bila dalam proses identifikasi ditemukan bahan yang telah diketahui dapat menyebabkan kanker maka di register sebagai acuan dalam proses pengendalian selanjutnya.

 

Penilaian  kadar pajanan di lingkungan kerja

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan istilah similar exposure group.

Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan tetapi juga faktor lainnya seperti durasi dan frekwensi pajanan, aktifitas kerja serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk diperhatikan juga perilaku pekerja, hygiene perorangan serta kebiasaan saat bekerja atau diluar pekerjaan yang dapat meningkatkan risiko kanker paru terutama kebiasaan merokok.

 

Kontrol pajanan

Bila telah teridentifikasi adanya pajanan yang dapat menyebabkan kanker paru dan telah diketahui kadar pajanan di tempat kerja maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan kontrol pajanan. Kontrol pajanan bertujuan untuk mencegah terjadinya pajanan yang membahayakan kesehatan atau menurunkan tingkat pajanan sampai pada batas yang dapat diterima (acceptable level).

Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara dan disarankan untuk mengikuti alur hirarki pengendalian yaitu pengendalian secara teknis, pengendalian secara administratif dan terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri.

Pada kasus pajanan kimia maka hirarki yang disarankan adalah substitusi bahan yang berbahaya dengan yang tidak atau kurang berbahaya, pengendalian teknis seperti penyempurnaan ventilasi, perbaikan prosedur kerja dengan tujuan menurunkan pajanan dan penggunaan alat pelindung diri.

 

Surveilans kesehatan

Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan kesehatan pekerja yang dilakukan secara teratur dan berkala yang terdiri atas surveilans medis (termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang serta pemantauan biologis). Lebih tepat lagi bahwa bentuk, isi dan kekerapan pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan akan kemungkinan timbulnya kanker paru akibat kerja dimana dalam hal ini foto thorak merupakan pemeriksaan yang cukup penting untuk deteksi dini kanker paru.

Sebagai pedoman umum dalam menenukan kekerapan surveilans kesehatan adalah mengacu pada peraturan perundangan Indonesia yaitu satu tahun satu kali.

 

Komunikasi, informasi dan edukasi

Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan pelatihan perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan dan pelatihan merupakan komponen penting dalam perlindungan tenaga kerja. Tujuan pendidikan dan pelatihan antara lain adalah  agar pekerja :

*      Mengerti paling tidak pada tingkat dasar bahaya kesehatan yang terdapat di lingkungan kerja.

*      Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur untuk mengurangi tingkat pajanan

*      Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap berfungsi baik

*      Mempunyai kegiatan yang sehat dan selamat serta hygiene perorangan yang baik

*      Mengenal bahaya dini kesehatan akibat bahaya pajanan tertentu

*      Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan kesehatan sesegera mungkin

 Pelaporan dan pencatatan

Pencatatan dan pelaporan data merupakan kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dalam sebuah program. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun. Tujuan pencatatan adalah :

*      Dapat mengenal trend  kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian

*      Memungkinkan evaluasi epidemiologi

*      Memenuhi persyaratan legal

*      Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

*      Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan pekerja

Alat pelindung diri[x]

Sekali alat pelindung diri telah tertanamkan maka pemilihan tipe yang baik dan sesuai untuk melakukan suatu pekerjaan yang perlu (harus) dilaksanakan. Alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  • Alat-alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya dimana tenaga kerja terpajan.
  • Alat pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberikan perlindungan.
  • Sebagai alat pelengkap bagi tubuh harus fleksibel namun efektif.
  • Berat alat yang harus diterima oleh bagian tibuh harus dapat diterima dengan baik.
  • Tenaga kerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang gerakannya maupun tanggapan panca inderanya.
  • Alat pelindungdiri harus tahan lama.
  • Alat pelindung diri harus menarik.
  • Bagian-bagian penting yang harus sering diganti agar ada persediannya.
  • Alat-alat pelindung diri harus tidak memberikan efek samping (tambahan bahaya) baik oleh karena bentuknya, konstruksinya, bahan atau mungkin penyalahgunaan.

 

Alat-alat pelindung saluran pernafasan

Alat pelindung pernafasan harus memenuhi persaratan Standar perlindungan respirasi OSHA [29 CFR 1910.134]. program tersebut terdiri dari :

  • Seleksi respirator
  • Evaluasi kemampuan pekerja melakukan pekerjaannya saat menggunakan respirator
  • Training yang teratur pada personil yang bertanggung jawab
  • Uji fit respirator
  • Monitoring tempat kerja secara teratur
  • Peraturan tentang perawatan,inspeksi dan pembersihan respirator[xi]

Alat pelindung pernafasan dibutuhkan untuk melindungi terhadap bahaya-bahaya :

  • Kekurangan oksigen
  • Bahan kimia pencemar beracun dan berbahaya yang berbentuk gas dan uap (non partikel).
  • Bahan kimia pencemar yang berbentuk partikel (termasuk debu, serat, fume,asap dan kabut).
  • Campuran dari semua itu

   

PENUTUP

Kanker paru  merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi dimana pekerjaan berkontribusi 4-40% dalam menyebabkannya. Melihat pada kecilnya angka deteksi dini dan angka keberhasilan terapi maka pencegahan merupakan langkah terbaik dalam manajemen kanker paru. Diagnosis bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko penyebab kanker paru sangat penting untuk ditegakkan dengan tujuan melindungi pekerja serta sebagai bahan untuk kajian program pencegahan.

Manajemen risiko dalam mencegah terjadinya kanker akibat kerja terdiri dari beberapa langkah yaitu identifikasi pajanan, pengukuran pajanan yang dilanjutkan dengan control pajanan, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan, penyediaan alat pelindung diri serta system pencatatan yang efektif. Dengan manajemen risiko tersebut diharapakan semua pihak terlibat dalam kegiatan pencegahan timbulnya kanker paru akibat kerja.

 

                 DAFTAR PUSTAKA

1.      Ladou Joseph. Current Occupational & Environmental medicine. Ed 4th. New York. Mc Graw Hill Medical.2007

 

2.      Occupational, environment and lung disease, di unduh dari http://www.agius.com/hew/index.htm pada 15 Nopember 209

 

3.      Madara Bernadette & Pomarico-Denino P, Patophysiology 2nd ed, (Quick look nursing), tersedia di book.google.co.id,  diunduh 8 Des 2009

 

 

4.      Aditama TY. Situasi beberapa penyakit paru di masyarakat. Cermin dunia Kedokteran. No 84.1993

 

5.      Coultas D B; Samet J M Occupational lung cancer. Clinics in chest medicine 1992;13(2):341-54.

 

6.      Lu Frank C. Basic Toxicology: fundamentals, target organs and risk assessment. Hemispher Publishing Coorporation. 1991

 

7.      Shahruddin Elisna, Kanker paru , Kanker paru website-lung cancer 101. Diunduh pada 13 Desember 2009

 

8.      Wikipedia, kanker paru, http://.id.wikipedia.org. diunduh pada 13 Desember 2009

 

9.      Mansur Muchtarudin.  Manajemen Risiko kesehatan di tempat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, vol 57. No 10 Oktober 2007

 

 

10.  OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US Department of Labour. 2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov



[ii]               Occupational, environment and lung disease, di unduh dari http://www.agius.com/hew/index.htm pada 15 Nopember 209
[iii] Madara Bernadette & Pomarico-Denino P, Patophysiology 2nd ed, (Quick look nursing), tersedia di book.google.co.id,  diunduh 8 Des 2009
 
1
4
[v] Coultas D B; Samet J M Occupational lung cancer. Clinics in chest medicine 1992;13(2):341-54.

[vi] Lu Frank C. Basic Toxicology: fundamentals, target organs and risk assessment. Hemispher Publishing Coorporation. 1991
 
 
[viii] Wikipedia, kanker paru, http://.id.wikipedia.org. diunduh pada 13 Desember 2009
[ix] Mansur Muchtarudin.  Manajemen Risiko kesehatan di tempat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, vol 57. No 10 Oktober 2007
[x] OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US Department of Labour. 2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov
 
 
OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US Department of Labour. 2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov